Kamis, 20 Mei 2010

WANITA HEBAT

Seorang balita berumur 2 tahun dikabarkan menderita penyakit kronis.  Dokter yang menanganinya memberitahu ibu sang anak tentang penyakit yang diderita anaknya dan kecilnya peluang untuk menyembuhkan anak tersebut. Ketika mendengar berita tersebut, sang Ibu mengucap “Alhamdulillah”. Dokter itu terkejut dengan jawaban ibu tersebut, namun urung menanyakannya. 

Hingga suatu ketika, kondisi anak tersebut menjadi sangat buruk, koma. Setelah memeriksanya, dokter mengabarkan kepada ibu si anak bahwa kondisi  anaknya  sudah sampai pada taraf yang tidak bisa dia tangani dan kepergian sang anak tinggal menunggu waktu saja. Ibu pun sedih mendengarnya, dan dia mengucapkan “Alhamdulillah”. Dokter pun terkejut mendengarnya, kenapa sang ibu mengucapkan kata syukur lagi.
Beberapa bulan berselang, anak itu tetap tak sadarkan diri. Hingga suatu ketika, tiba-tiba anak tersebut tersadar dari tidur panjangnya. Dokter langsung memeriksa keadaannya, dan setelah dilakukan beberapa tes kesehatan, dokter menyatakan anak tersebut sehat…..tanpa bekas penyakit sedikitpun. Anak tersebut sadar seperti tak pernah menderita penyakit apapun. Sebuah keajaiban…
Beberapa waktu setelahnya, sang anak pun bisa tumbuh berkembang sebagaimana layaknya anak seumurannya.
Suatu ketika terbersit keinginan sang ibu untuk mengajak keluarganya bersilaturahim ke tempat dokter yang dulu merawat anaknya. Saat bertemu dengan keluarga tersebut, dokter pun mengungkapkan kekagumannya dengan kondisi sang anak yang telah diprediksi tidak dapat disembuhkan. Dokter pun akhirnya mengungkapkan keheranannya kepada ayah sang anak terhadap ucapan “Alhamdulillah” yang senantiasa di lafadzkan sang ibu saat kondisi anaknya justru bertambah buruk.  Ayah pun menjawab, “Istri saya selalu berprasangka baik kepada Allah”, lalu sang ayah melanjutkan, “ Anak kami ini adalah anak yang kami dapatkan setelah tujuh belas tahun pernikahan, dan dalam sembilan belas tahun pernikahan itu, saya tidak pernah melihat istri saya melewatkan sepertiga malam terakhirnya kecuali dengan sholat tahajud”.
(diceritakan kembali dengan versi seingat saya).

Subhanallah…merinding dengernya saat itu dari cerita MR. Berprasangka baik kepada Allah bukankah seharusnya menjadi keharusan? Namun, betapa suliiiit sekali melakukannya. Masya Allah… Bukankah Allah sesuai dengan persangkaan hambaNya?? Lalu mengapa kita sering, terlalu sering malah menduga-duga hal yang buruk, berpikir betapa tidak adilnya kehidupan, kenapa si A kaya dan kenapa si B miskin, kenapa dia cantik dan kita jelek, kenapa dia berkedudukan lebih tinggi, kenapa..kenapa..dan kenapa. Bukankah sebenarnya dunia ini bukan masalah adil atau tidak adil, tapi soal betapa bebalnya kita melihat keadilan yang sebenarnya bukan? keadilan hakiki menurut ALLAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar